Rabu, 03 Oktober 2012

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

Nama     : Dina Chairunnisa

Npm       : 12510057
Kelas      : 3 PA 07


Psikologi lintas budaya. Apa sih Psikologi lintas budaya ? mungkin masih asing ditelinga kita, maka dari itu saya akan membahas tentang psikologi lintas budaya, termasuk pengertiannya, tujuan, hubungan dengan ilmu lain dan masih banyak lagi yang akan dibahas disini. Tapi pertama saya akan membahas pengertian Pi\sikologi lintas budaya terlebih dahulu.


1. Pengertian Psikologi Lintas Budaya :



  • Menurut Matsumoto, (2004) adalah Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu).
  • Brislin, Lonner, dan Thorndike, (1973) : psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang signifikan dan dapat diramalkan.
  • Seggal, Dasen, dan Poortinga (1990) : psikologi lintas budaya adalah kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk, dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.
  • Triandis, Malpass, dan Davidson (1972) : psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
2. Tujuan mempelajari lintas budaya :

untuk memahami persamaan dan perbedaan yang terjadi di kehidupan manusia berdasarkan budaya - budaya yang sangat beranekaram terlebih di Indonesia.

3. Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan ilmu lain :

Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi  Soerjono Soekamto, 
Sosiologi adalah ilmu yang berpusat pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola umum kehidupan masyarakat. 
Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi adalah sama-sama mempelajari mengenai fungsi individu dalam masyarakat serta mempelajari budaya dan kelompok etnik yang berada dalam masyarakat, namun psikologi lintas budaya lebih kepada bidang psikologisnya.


Psikologi lintas budaya dengan Kepribadian, 
Konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruk sosial. 

Hubungan antara psikologi lintas budaya dengan ekologi,
Ekologi mempelajari mengenai interaksi yang baik dengan makhluk hidup maupun lingkungan yang aneka ragam.

Psikologi Lintas Budaya dengan Antropolgi,
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

4. Etnosentrisme dalam Psikologi Lintas Budaya :

Etnosentrisme merupakan paham yang pertama kali diperkenalkan oleh William Graham Sunmer,seorang antropolog beraliran interaksionisme. Menurut Sunmer (1906), manusia pada dasarnya individualis, cenderung mengikuti naluri biologis mementingkan diri sendiri,namun karena dia harus berhubungan antar manusia maka terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik (pertentangan yang mencerai-beraikan).
Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. 

5. Persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi :

Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi yang berpartisiapasi dalam masyarakat yang  dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran,nilai, dan norma sosial.

Proses sosilalisasi dilakukan sejak manusia dilahirkan,artinya sejak lahir seseorang melakukan proses belajar tentang bagaimana bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial yangberlaku didalam masyarakat melalui refleksi teradap orang lain. Dengan demikian, nilai dan norma - norma sosial tersebut telah menjadi bagian dirinya.

Enkulturasi adalah proses penyesuaian diri dengan adat –istiadat, lingkungan, sistem norma, dan aturan aturan hidup lainnya.

Proses Enkulturasi dimulai sejak individu lahir didunia, dimulai dengan menyesuaikan diri di lingkungan keluarganya kemudian dengan teman bermainnya. seoranganak belajar meniru segala sesuatau yang ada disekitarnya. berbagaihal seperti norma dan peraturan, yang diperoleh dengan meniru berbagai orang dalam lingkungan pergaulannya pada  saat yang berbeda, akan menjadi pola yang lambat laun menjadi mantap membentuk cara berpikirdan cara bersikap sesuai kebudayaan masyarakatnya.

M.J.Herskovits menyatakan bahwa perbedaan antar enkulturasi dengan sosialisasi :
Enkulturasi adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
Sosialisasi adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
Jadi perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi adalah enkulturasi seseorang belajar seluruh kebudayaan masyarakat baik secara sadar maupun tidak, sedangkan sosialisaasi seseorang melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.

6. Persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan moral :

Teori perkembangan moral Kohlberg adalah suatu perbaikandan perluasan dari teori Piaget dengan memberi 3 tingkatan perkembangan moral :
  • pre-kontetional : - untuk menghindari hukuman
                           - untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari 
kontetional       : - untuk menjadi orangbaik di mata sendiri dan orang lain 
                       -  

  • -untuk memenuhi tugas yang telah disetujuii agar sistem berjalan


    • post-kontetional:- untuk memenuhi kontrak sosial atau melakukan hal-hal yang memiliki tingkat  kemanfaatan tinggi
                             - untuk mengikuti prinsip-prinsip etis universal yang dipilih sendiri 

    kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.

    7. Persamaan dan Perbedaan antar budaya dalam konformitas,komplience, dan oblidience :

    Menurut John M. Shepard konformitas adalah bentu interaksi yang didalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan masyarakat dimana ia tinggal. Konformitas merupakan proses dengan cara menaati norma dan nilai - nilai masyarakat.
    Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju.
    Kepatuhan atau obedience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas.


         
    Untuk membandingkan bagaimana conformity, compliance, dan obedience secara lintas budaya, maka telah itu harus memusatkan perhatian pada nilai konformitas dan kepatuhan itu sebagai konstruk sosial yang berakar pada budaya. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang “baik” tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal dan mendapat penilaian atau kesan positif.

    8. Persamaan dan perbedaan dalam hal-hal nilai :



    Lintas budaya mengenai nilai-nilai baik kemasyarakatan maupun perseorangan tergolong baru nilai merupakan gambaran yang dipegang oleh perseorangan atau secara kolektif oleh anggota kelompok, yang mana dapat diinginkan dan mempengaruhi baik pemaknaan dan tujuan tindakan diantara pilihan-pilihan yang ada.Dalam Psikologi Lintas Budaya nilai dimasukkan sebagai salah satu aspek dari budaya atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat kerpibadian dan karakter budaya.


    A. Perilaku Gender 

    Gender menyangkut kedudukan laki-laki dan prempuan dalam masyarakat, hubungan laki-laki dan perempuan terbentuk secara sosiokultural dan bukan atas dasar biologis.

    Gender menyangkut suatu ideologi yang melatarbelakangi polapikir manusia untuk membuat aturan main dalam kehidupan bermasyarakat. Budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.


    B. Sosial - masyarakat

    Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai "setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas".Terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan kebudayaannya. Individu, masayarakat dan kebudayaannya tak dapat dipisahkan. Hal ini sebagaimana Anda maklumi bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang membangunnya.

    C. Sosial- kognitif

    Kognitif diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam psikologi, kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku. Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Sedangkan kebudayaan (culture) dalam arti luas merupakan kreativitas manusia (cipta, rasa dan karsa) dalam rangka mempertahankan kelangsunganhidupnya. Manusia akan selalu melakukan kreativitas (dalam arti luas) untuk memenuhi kebutuhannya (biologis, sosiolois, psikologis) yang diseimbangkan dengan tantangan, ancaman, gangguan, hambatan (AGHT) dari lingkungan alam dan sosialnya.

    Kecerdasan Umum
    Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya.
    Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
    Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari jean Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilankonitif saat berbagai diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu.
    Cara Berpikir
    Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalahyang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yang berbeda juga. Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual)
    secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur.



    D. Individual-kolektif

    individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal; kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan.
    kolektif adalah nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan.


    DaftarPustaka :
    • Parsons, patricia (2004). Etika public reations. Jakarta: Erlangga
    • Liliweri, alo (2005). Prasangka & konflik. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta
    • Maryati, kun & suryawati, juju (2001). Jakarta: Erlangga
    • http//bigsidik.blogspot.com/2011/09/psikologi-lintas- 
    •     budaya.html.04/10/2012

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar