Sabtu, 29 Desember 2012

kalimantan selatan



kali ini saya mendapatkan tugas untuk mengetahui seluk-beluknya kalimantan selatan, jadi selamat membaca dan semoga bermanfaat terimakasih :)

KALIMANTAN SELATAN

Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai hari jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya provinsi Kalimantan, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani. Penduduk Kalimantan Selatan berjumlah 3.626.616 jiwa (2010).

A.    Sejarah
Sejarah Kalimantan Selatan merupakan catatan historis dari sebuah kawasan yang semula dihuni manusia prasejarah hingga menjadi kawasan provinsial berpemerintahan, yakni provinsi Kalimantan Selatan.

Masa Sebelum Abad ke-9


Masa Kerajaan Negara Daha

  • 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
  • 1355, Empu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras (Margasari) dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa sebagai bawahan Raja Kuripan yang tidak memiliki keturunan. Kemudian Empu Jatmika menaklukan penduduk asli batang Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Labuan Amas, Amandit serta daerah perbukitan yang dihuni suku Bukit, selanjutnya mendirikanCandi Agung (Amuntai) sebagai ibukota yang baru, tetapi pelabuhan perdagangan tetap di Muara Rampiau. Ia menjadi penguasa Candi Agung, Candi Laras dan Kuripan.
  • 1360, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
  • 1362, Wilayah Barito, Tabalong danSawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
  • 1362–1448, berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
  • 1385–1421, masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa.
  • 1421–1436, masa pemerintah Raden Carang Lalean.
  • 1436–1448, masa pemerintahan Putri Kalungsu.
  • 1448-1526, masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Rajapertama.
  • 1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
  • 1448–1486, masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
  • 1486–1515, masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
  • 1511, migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
  • 1515, Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
  • 1515-1519, masa pemerintahan Arya Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung. Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
  • 1518-1521, Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan, seperti Tanjungpura / Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
  • 1519–1526, masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

 

Masa Kesultanan Banjar

Tahun 1520-1668

  • 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
  • 6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
  • 24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha, selanjutnya Pangeran Tumenggung menetap ke hulu pada Alai dengan 1000 penduduk.
  • 1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
  • 24 September 1526 / 6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah / Sultan Suriansyah.
  • 1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620, masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620, masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga1612.
  • 1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
  • 1612, Belanda menembak hancur Istana Raja di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke daerah Kayu Tangi, kota baru ini diberi nama Martapura oleh Sultan Mustainbillah.
  • 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
  • 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
  • 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
  • 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
  • 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
  • 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
  • 1650 - Di Banjarmasin terdapat perwakilan dagang VOC.
  • 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
  • 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara) bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang.
  • 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
  • 1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
  • 1668, Portugis mendatangkan imam Katolik bernama Ventimiglia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.

 

Tahun 1680-1858

  • 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Amrulllah Bagus Kasuma (Suria Angsa) kembali, sedangkan adiknya menjadi Sultan Negara (bekas Negara Daha) bergelar Suria Negara.
  • 1714, Kapten Daniel Beeckman mengunjungi Banjar (Kuin).
  • 1720-an Banjarmasin memiliki pelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.
  • 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Ilhamidullah (Sultan Kuning).
  • 1733, panglima perang anak buah dari La maddukelleng gagal merebut Banjarmasin.
  • 1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I diMartapura.
  • 1734, VOC-Belanda membuat perjanjian monopoli lada dengan Sultan Banjar dan mendirikan benteng di Banjarmasin.
  • 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
  • 1750, Ketua Dewan Mahkota Pangeran Suryanata (sepupu Sultan Sepuh) mangkat di Martapura, kemudian almarhum digantikan oleh puteranya, Pangeran Prabukusuma sebagai ketua Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
  • 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah, mangkat tahun 1761.
  • Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.
  • 1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam.
  • 1762, Saudara Sultan Nata yang bernama Pangeran Prabujaya dilantik sebagai mangkubumi oleh Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
  • 1767, Pangeran Sulaiman dilantik sebagai Sultan (Muda) Sulaiman II.
  • 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.[3]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar.
  • 1782, Pangeran Adam dilantik sebagai Sultan (Muda) Adam.
  • 1785, Sepuluh pambakal di Amuntai dibebaskan dari pajak hingga anak cucunya karena telah berjasa melawan laskar yang dipimpin Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad, saudara tiri Sultan Nata. Keturunan dari sepuluh datu ini disebut golongan anak cucu orang sepuluh.
  • 1786, Pangeran Amir (raja Kusan) tertangkap VOC Belanda.
  • 14 Mei 1787, Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) diasingkan ke Srilangka.
  • 13 Agustus 1787, Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
  • 1792, VOC menempatkan administrasi sipil (onderkoopman) di Banjarmasin seperti sebelumnya.
  • 24 April 1792, Sultan Sulaiman I mengirim surat kepada Gubjen. Willem Arnold Alting membicarakan harga barang-barang yang ditukar antara kedua pihak, serta keluhan bahwa hak Sultan atas separuh cukai tidak mau dibayar oleh Fetor setempat.
  • 7 Oktober 1792, Sultan Sulaiman I mengirim surat kepada Gubjen. Willem Arnold Alting bahwa tugasnya sudah dijalankan sesuai dengan perjanjian, yaitu setiap kepala yang ditunjuk akan membuka kebun lada. Tiap kebun itu dikerjakan oleh 50 orang. Kalau tidak mengerjakan pekerjaan itu, mereka akan dihukum dengan hukuman berat. Juga dinyatakan bahwa mereka sudah menerima kiriman 10 tong obat bedil dan Raja Banjar juga minta dikirimi kertas air emas 12 lembar.
  • 20 November 1794, Sultan Sulaiman I mengirim surat kepada Gubjen. Willem Arnold Alting tentang penyerangan yang diderita dari orang Pasir dan Kutai. Banyak rakyat dibunuh, yang lain dipaksa mendirikan benteng. Sultan menanti perintah dari Kompeni. Harapannya agar Gur. Jen. menulis surat kepada Sultan Pasir untuk mengajak damai. Kalau ditolak, rencananya Pasir akan diserang dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Banjar. Juga diberitahukan tentang kebun lada yang sedang dikerjakan.
  • 17 Mei 1796, Sultan Sulaiman I mengirim surat kepada Gubjen.Willem Arnold Alting tentang pemberitahuan bahwa Sultan sudah menerima bingkisan, yang isinya didaftarkan satu per satu.
  • 1797, Pangeran Antasari dilahirkan.
  • 1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah II.
  • 19 Mei 1809, Gubjen. Hindia Belanda Herman Willem Daendelsmemerintahkan meninggalkan Banjarmasin karena dianggap tidak menguntungkan.
  • 1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kuraudan Pulau Lamai di bawah Alexander Hare yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812. Kelak dinamakan Distrik Maluka.
  • 7 Oktober 1823, Pangeran Mangkoe Boemi Nata mengirim surat kepada Gubjen. G.A.G.Ph. van der Capellen menyatakan bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan telah bersumpah sesuai dengan perjanjian antara Kompeni dan negeri Banjar.
  • 1823, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata sebagai mangkubumi menggantikan Ratoe Anom Ismail.
  • 1825–1857, masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
  • 1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
  • 1826, Sultan Adam membuat kontrak perjanjian dengan Hindia Belanda.
  • 1832, Pangeran Haji Musa menjabat raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
  • 1835, 15 Muharam 1251 H, pemberlakuan Undang-Undang Sultan Adam (UUSA 1835).
  • 1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.
  • 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan sebagai kerajaan mandiri setelah mangkatnya atasannya Raja Aji Jawi.
  • 1842, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Noch dengan gelar Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjanasebagai mangkubumi Kesultanan Banjar.
  • 1846, Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
  • 1849, Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 dibentuk wester-afdeeling van Borneo dan zuid-ooster-afdeeling van Borneo.
  • 1851, Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana mangkat digantikan Pangeran Tamjidullah II sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).
  • 1852, Sultan Muda Abdul Rahman mangkat karena diracun diduga atas perintah Pangeran Prabu Anom.
  • 1852, Surat Sultan Adam kepada Gusti Andarun tentang pemberian tanah badatu (tanah lungguh) dan penunjukkannya sebagai pengganti almarhum Sultan Muda Abdul Rahman.
  • 8 Agustus 1852, pemerintah kolonial Hindia Belanda (dengan sengaja secara salah) melantik Pangeran Tamjidillah II sebagaiSultan Muda Kesultanan Banjar, dan sekaligus tetap menjabatMangkubumi. Pelantikan ini ditolak Sultan Adam yang mencalonkan Pangeran Hidayatullah II sebagai Sultan Mudadan Pangeran Prabu Anom sebagai mangkubumi.
  • 1855, Secara diam-diam Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dan memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai mangkubumi.
  • 1855, Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru.
  • 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
  • 9 Oktober 1856, Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
  • 1 November 1857, Sultan Adam wafat.
  • 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
  • 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
  • 23 Februari 1858, Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
  • September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.

 

Masa Perang Banjar

Tahun 1859

  • 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
  • Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
  • 18 April 1859, pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, Haji Buyasin dan Kiai Langlang. Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan di sepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
  • 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
  • 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
  • Juni 1859, pertempuran di Sungai Basarah dipimpin Pambakal Sulil.
  • 8 Juni 1859, Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
  • 12 Juni 1859, bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
  • 14 Juni 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan Augustus Johannes Andresen, namun buntu.
  • 15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda di Martapura.
  • 17 Juni 1859, pertempuran di Sungai Raya.
  • 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
  • 30 Juni 1859, serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
  • Juli 1859, tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
  • 16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
  • Agustus 1859, serangan ke Banjarmasin dipimpin Kiai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan Haji Buyasin.
  • September 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
  • 27 September 1859, pertempuran di Gunung Lawak, dipimpinDemang Lehman, Aminullah, Antaludin dan Ali Akbar.
  • 28 September 1859, bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
  • 13 November 1859, Gustave Verspijck, mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
  • 14 November 1859, gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
  • 23 Desember 1859, pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
  • 26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
  • Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.

 

Tahun 1860

  • 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
  • 9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
  • 22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
  • 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
  • 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku,Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai dan Aluan.
  • 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Borneo Selatan-Timur.
  • 9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
  • 17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
  • 27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
  • September 1860, pertempuran di Rumpanang danTambarangan, dipimpin Singa Jaya.
  • 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
  • 4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
  • 13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
  • 15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
  • 18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
  • 22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
  • 13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
  • 25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
  • 27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
  • November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
  • 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
  • 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah II membuat surat yang berisi pelantikan Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda dan 3 orang lainnya untuk melancarkan Perang Jihad melawan Belanda.

 

Tahun 1861

  • 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
  • 3 Maret 1861, pertempuran diRantau, dipimpin Jaya Warna.
  • 19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
  • 23 April 1861, serangan di Bincau.
  • April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
  • 4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
  • 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayudan Sihong.
  • 16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
  • 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
  • 27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
  • Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerahBarito.
  • 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkaldan Batu Mahalon.
  • 18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
  • 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
  • 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
  • 3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
  • 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
  • Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
  • 1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
  • 10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
  • 2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
  • 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
  • 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
  • 6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
  • 8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
  • 18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
  • Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
  • 6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
  • 8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
  • 9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
  • 25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
  • November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
  • 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
  • 15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
  • 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasaridan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.

 

Tahun 1862-1905

  • 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
  • 30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
  • 3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
  • 4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Gunung Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
  • 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
  • 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
  • 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
  • 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasaridinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
  • 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
  • 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
  • 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
  • 1864, serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat.
  • 27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
  • 1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
  • 26 Januari 1866, Haji Buyasin gugur.
  • 1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
  • 1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
  • 1875, wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
  • 1883, serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
  • 1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
  • 1885, tertangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
  • 1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
  • 1898, perubahan susunan pembagian administratif di Kalimantan menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.
  • 1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
  • 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
  • 1903, Banjarmasin dan Amuntai sudah mendapatkan jalur telegraf.
  • 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
  • 24 Januari 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
  • 24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.
  • 1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).

Masa Perang Kemerdekaan

Tahun 1913-1944

 

Tahun 1945

  • 17 April 1945, rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
  • 6 Mei 1945, pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN adalah singkatan dari Mohamad Noor).
  • 23 Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan.
  • Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan.
  • 2 September 1945, pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan berkedudukan di Jakarta / Yogyakarta.
  • 23 September 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio.
  • November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan.
  • 9 November 1945, pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
  • 20 November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
  • 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Rantau, serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
  • 30 Oktober 1945, penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
  • 5 - 7 Desember 1945, Pertempuran Marabahan.

 

Tahun 1946-1949

  • 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
  • 18 November 1946, pembentukan Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
  • Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.
  • 14 Januari 1948, terbentuknya satuan kenegaraan Daerah Banjar.
  • 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar.
  • 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
  • Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
  • 21 Desember 1948, pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
  • 2 Januari 1949, pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan, (Palagan Nagara).
  • 7 Januari 1949, pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
  • 6 Februari, pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
  • 14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, 2 orang pejuang gugur.
  • 15 April 1949, Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
  • 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
  • 16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi Kalimantan di Ni'ih oleh Hasan Basry.
  • 17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
  • 3 Juni 1949, Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung diTabalong.
  • 8 Agustus 1949, Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
  • 2 September 1949, perundingan antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
  • 2 September 1949, pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
  • 1 November 1949, peleburan TNI AL RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.

 

Masa Pembangunan

Tahun 1950-1965

  • 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
  • 01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
  • 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
  • 14 Agustus 1950, pembentukan provinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
  • 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
  • 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
  • 2 Mei 1952, berdirinya Kabupaten Amuntai.
  • 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
  • 14 Januari 1953, perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadiKabupaten Hulu Sungai Utara.
  • 2-3 September 1953, musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
  • 24 September 1953, wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
  • 11 Januari 1954, turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
  • 4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
  • 1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
  • 7 Desember 1956, terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjardan Federasi Kalimantan Tenggara.
  • 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
  • 23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
  • 1958, musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
  • 15 Maret 1958, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
  • 11 November 1958, pengangkatan kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
  • 1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
  • 24 Desember 1959, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
  • 4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
  • 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
  • 3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
  • 1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
  • 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
  • 1963–1968, masa Gubernur Aberani Sulaiman.
  • 30 November 1965, pembentukan Kabupaten Tapin.
  • 1 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tabalong.
  • 2 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tanah Laut.

 

Tahun 1968-Sekarang

  • 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
  • 23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
  • 1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
  • 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
  • 15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran Mohamad Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
  • 1980–1984, masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
  • 1984–1995, masa Gubernur Ir. H. Muhammad Said.
  • 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Simpang Tiga Liang Anggang, Banjarbaru.
  • 10 November 1991, peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
  • 23 April 1997, peresmian Jembatan Barito oleh PresidenSoeharto.
  • 23 Mei 1997, peristiwa Jum'at Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
  • 1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
  • 2000–2005, masa Gubernur Sjahriel Darham.
  • 20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
  • 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
  • 15 Desember 2004, banjir besar di Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
  • 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
  • 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
  • 2005-2010, masa Gubernur Rudy Ariffin - H.M. Rosehan NB.
  • 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
  • Oktober 2008, dimulainya pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
  • 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
  • 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
  • 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
  • 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - Rudy Resnawan.
  • 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
  • 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
  • 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.
  • 14 Agustus 2011, peresmian Sekretariat Daerah Propinsi Kalimantan Selatan yang baru di kecamatan Cempaka(Banjarbaru) yang berdiri pada perbukitan dengan ketinggian elevasi 44 meter di atas permukaan laut serta berjarak sekitar 60 km dari tapak kantor lama yang bersejarah sejak masa kolonial berlokasi di titik 0 km Banjarmasin di tepi sungai Martapura.
  • 10 November 2011, pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi KH. DR. Idham Chalid oleh Presiden.

B.     Arti Lambang
Lambang Daerah Propinsi Kalimantan Selatan berbentuk "PERISAI" dengan warna merah dan hijau, bergaris sisi dengan warna kuning.
Perisai adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan kewaspadaan dan kesanggupan mempertahankan diri;
Warna Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang gagah perkasa, berjiwa hidup dan dinamis guna menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhai Allah";
Warna Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan dihari yang akan datang;
Warna Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan mempunyai Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Intan Berwarna Putih Berkilap Memancar
Intan, melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal karena mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan sumber mata pencaharian penduduk Daerah Kalimantan Selatan.
Warna Putih Berkilap Memancar, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan kalau dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan kemajuan serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju kepada kemuliaan dan keagungan Bangsa Indonesia.
Bintang Berwarna Kuning Emas
Melambangkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan mengetahui segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya;
Rumah Banjar Berwarna Hitam
Rumah, berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, melambangkan suatu unsur kebudayaan yang dapat dibanggakan.
Warna Hitam, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai kebulatan tekad dan keunggulan menuju kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana.
Buah Padi dan Batang Karet
Melambangkan bagian terbesar dari penghasilan dan sumber kehidupan bagi penduduk Kalimantan Selatan.
Buah padi sebanyak 17 [tujuh belas] buah, intan dengan 8 [delapan] pancaran dan Batang Karet sebanyak 1 [satu] pohon dengan bergaris 9 [sembilan] yang tersusun 4 [empat] di sebelah kiri dan 5 [lima] di sebelah kanan adalah merupakan susunan angka 17-8-1945, angka ini melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan tetap setia dan tetap Teguh mendukung Proklamasi 17-8-1945.
Pita Warna Putih
Melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan sanggup mengikat apa yang dirasakan kesucian dan keikhlasan hati untuk berbuat secara jujur dan bertanggung jawab dengan disertai semanggat kerja sama dan gotong royong.
Tulisan berupa semboyan "WAJA SAMPAI KAPUTING", melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala sesuatunya dengan penuh rasa kesanggupan dan konsekwen tanpa berhenti ditengah jalan.

C.    Sistem Religi
Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan beragama IslamSuku Banjar yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan menganut Agama Islam, demikian pula Suku Dayak Bakumpai di daerah aliran Sungai Barito.
Pengakuan bahwa religi sebagai suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang tersendiri. Misalnya saja tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh seseorang atau kesatuan sosial.
Kesatuan sosial disini dapat berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapat pula berwujud sebagai satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil, dan dapat pula berwujud suatu masyarakat daerah lingkungan tertentu. Pengkategorian atas berbagai sistem kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.
Bentuk-bentuk kepercayaan dan praktik-praktik keagamaan yang bagaimana yang dianut oleh nenek moyang orang Banjar ketika mereka mula-mula menetap di sini, sulit mencari keterangan dan bukti yang akurat untuk menceritakan asal-usul agama dalam suku Banjar, hanya barangkali aspek religius dari kehidupan masyarakat Bukit yang mendiami pegunungan Meratus adalah merupakan sisa-sisa yang masih tertinggal (survivals) dari kepercayaan mereka.
Hal itu tentu saja mengingatkan kita pada pengaruh dari agama Hindu dan Islam. Demikian kita bisa memperkirakan bahwa religi mereka berdasarkan pemujaan nenek moyang dan makhluk gaib di sekitar mereka (animisme). Mungkin bentuk-bentuk pemujaan nenek moyang dan aspek-aspek animisme dari kehidupan keagamaan masyarakat Banjar, yang kadang-kadang masih muncul, adalah sisa-sisa dari kepercayaan mereka dahulu
Jika pembicaraan kita tarik pada gambaran besar sistem religi yang dianut oleh raja-raja sultan-sultan Banjar, Hikayat Banjar dapat dijadikan landasan. Sejak pangeran Samudera dinobatkan sebagai sultan Suriansyah di Banjarmasin, kira-kira 400 tahun yang lalu, Islam telah menjadi agama resmi kerajaan menggantikan agama Hindu. Perubahan agama istana Hindu menjadi Islam telah dipandang oleh rakyat awam sebagai hal yang sewajarnya saja, dan tidak perlu mengubah loyalitas mereka. Terlebih sejak masa Suriansyah proses Islamisasi telah berjalan cepat, sehingga dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama, yaitu sekitar pertengahan abad-18 atau bahkan sebelumnya, Islam sudah menjadi identitas orang Banjar.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam bukanlah satu-satunya sistem upacara yang dilakukan. Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori. Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam. Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam. Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya. Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula. Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan. Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan. Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
Referensi utama sehubungan dengan kepercayaan Islam biasanya diperoleh dari ulama-ulama, kepercayaan bubuhan diperoleh dari tokoh bubuhan dan kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran penduduk terhadap lingkungan alam sekitar (kepercayaan lingkungan) baik itu diperoleh dari tabib-tabib, sebutan dukun dalam masyarakat Banjar, atau orang-orang tua tertentu, terutama yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan Demikianlah sedikit pengenalan yang dapat kita telaah dari pandangan sistem religi yang dimiliki oleh masyarakat Banjar.


D.    Sistem Kekerabatan Suku Banjar, Kalimantan Selatan
Sistem kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah seluruh Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis dari keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral. Tetapi di akui bahwa dalam hal-hal tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian, perkawinan yang menjadi wali asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal masalah keluarga besar dan pengertian keluarga besar, maka berlaku garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu, keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku Banjar mengenal istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan istilah bubuhandalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan kumpulan dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bentuk dari kelompok bubuhan ini paling sedikit mempunyai lima unsur atau ciri sebagai berikut :
1.      Mempunyai suatu sistem norma yang mengatur kelakuan warga kelompok.
2.      Mempunyai rasa kepribadian kelompok yang didasari rasa kesadaran oleh semua warganya.
3.      Aktivitas berkumpul warga kelompok bubuhan pada waktu-waktu tertentu.
4.      Adanya suatu sistem hak dan interaksi serta kewajiban dari warga bubuhan.
5.      Adanya satu orang yang ditokohkan dalam kelompok bubuhan ini.
Bubuhan ini yang menurut pengertian Sosiologi adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua keluarga batih atau lebih yang masih mempunyai hubungan keturunan satu sama lain, baik menurut garis keturunan ayah atau ibu. Keluarga bubuhan, yang disebut keluarga besar, tetapi disebut pula keluarga luas. Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut keluarga inti atau keluarga batih. Satu keluarga batih terdiri dari satu suami dan satu istri (atau lebih). Selama satu tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi kesempatan untuk mengerjakan sawah atau ladang sendiri dan orang tua istri, mereka selalu membantu kehidupan keluarga baru ini. Tetapi kalau keluarga baru ini belum mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya, kecendrungan menetap dalam keluarga istri ini disebut matrilokal atau uksorilokal. Kalau ikut di keluarga pihak suami disebut patrilokal. Kalau mereka telah mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri dan berpisah dari orang tua (dari istri atau suami) disebut neolokal.
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
§  minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
§  pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
§  mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
§  mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
§  sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
§  mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
§  kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
§  sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
§  maruai (isteri sama isteri bersaudara)
§  ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
§  panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
§  pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
§  badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.


E.     Kebudayaan Suku Banjar, Kalimantan Selatan

Rumah Banjar
Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggimerupakan jenis rumah Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.

Pakaian Adat
Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
·         Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
·         Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
·         Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
·         Pangantin Babaju Kubaya Panjang
(Baju Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut dan Baamar Galung Pancar Matahari)

Tradisi lisan
Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya MelayuArab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.

Teater
Satu-satunya seni teater tradisional yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda. Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.

Musik
Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
(Musik Panting)
Selain itu, ada sebuah kesenian musik tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjaryaitu di desa Sungai Alat, Astambul dan kampung Bincau, Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.

Tarian
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.


Senjata Tradisional
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan orang yang pernah memakainya, senjata tradisional suku banjar yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Serapang
Serapang adalah tombak bermata lima mata dimana empat mata mekar seperti cakar elang dengan bait pengait di tiap ujungnya. Satu mata lagi berada di tengah tanpa bait, yang disebut “besi lapar” yang di percaya dapat merobohkan orang yang memiliki ilmu kebal sekuat apappun.
2. Tiruk
Tiruk adalah tombak panjang lurus tanpa bait digunakan untuk berburu ikan haruan (ikan gabus) dan toman di sungai.
(Serapang & Tiruk)
3. Pangambangan
Pangambangan adalah tombak lurus bermata satu dengan bait di kedua sisinya.
4. Duha
Duha adalah pisau bermata dua yang sering digunakan untuk berburu babi.