REVIEW JURNAL
Judul
Jurnal : Pembelajaran Nilai Budaya Siri' Pada Masyarakat Bugis Makassar Di
Lingkungan Sekolah: Perspektif Psikologi Lintas Budaya Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar.
Penulis : Muh. Nur Ali
Salah satu budaya dalam
masyarakat Bugis adalah Siri’.
Menurut Mattulada (1992), Siri’ merupakan “rasa malu” yang abstrak tetapi bisa
diobservasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ungkapan bahasa Bugis dikatakan "iyana
ritu siri 'e naonroi
tellu cappa" yang berarti rasa malu pada tiap-tiap
orang terletak pada 3 ujung. Maksudnya adalah yang pertama
ujung lidah yaitu dilarang berkata dan dikatai dengan kata-kata kotor. Yang
kedua adalah ujung badik yang artinya dilarang menghindar atau lari dari segala
ancaman dan serangan fisik. Dan yang ketiga adalah ujung kemaluan laki-laki
yang berarti dilarang melakukan zinah atau dizinahi.
Menurut kepercayaan masyarakat bugis, apabila seseorang
ternodai oleh ketiga ujung tersebut maka hidupnya dikatakan sia-sia atau lebih
baik mati. Nilai budaya siri’ tidak pernah menerima pengakuan dari luar,
sehingga tidak tersosialisasikan dari segi manfaat dan mudhoratnya. Nilai
budaya siri’ menjadi konsep yang
mengambang dan diartikan berbeda-beda atau relatif oleh tiap warga Sulawesi
selatan, yang mana cukup berbahaya karena dapat terjadi perdebatan antar sesama
warga atau terhadap warga lain (outgroup).
Menurut Matsumoto
(2000), persepsi tiap orang tentang dunia tidak sepenuhnya sama dengan persepsi
dari kita. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika seorang individu menganggap
dirinya sebagai representasi dari suatu komunitas akan menimbulkan stereotype
bahwa komunitas yang bersangkutan psikopatik. Sama halnya dengan kebrukan
individu yang mengatasnamakan nilai siri’ dalam komunitas Bugis dan Makassar.
Begitu luhurnya nilai kualitas suatu budaya hingga
mengedepankan kemaslahatan manusia di luar atau dalam komunitasnya. Jika kemaslahatannya
tidak muncul, maka perlu dipertanyakan proses pewarisan nilai yang terjadi,
sebab diduga telah terjadi bias pemahaman
oleh penganutnya.
Tinjauan Kritis Terhadap Budaya Siri’
Siri' juga merupakan aktualisasi potensi rohaniah manusia penduknng kebudayaan itu secara keseluruhan yang tak terpisahkan
satu dengan yang iainnya (Mattulada, 1992). Keseluruhan yang dimaksud adalah komponen-komponen yang saling menentukan dan komplementer dalam satu sistem.
Pemahaman objektif terhadap nilainilai luhur budaya sangat penting, karena
budaya mempengaruhi bagaimana cara menerima dan
memproses informasi, atau memahami secara kognitif
semua proses mental yang
meliputi persepsi, pemikiran
rasional, dan hasrat yang
menjadi keinginannya (Matsumoto,
2000). Akan tetapi objektivitas dalam pengertian keselarasan dengan dunia objektif (multikultural), juga menjadi rujukan
penting sebagai kriteria pembenar nilai pergaulan universal.
Jadi dalam masyarakat bugis terdapat pelabelan (stereotype) bahwa setiap orang
bugis dan makassar mempresentasikan perilaku psikopatik dalam perilaku dalam pergaulan antar etnik.
Orang bugis bone mengintepretasikan budaya siri’ sebagai nilai luhur yang harus dijunjung tinggi sebagai ekspresi
penghargaan terhadap orang lain, yang bermakna bahwa setiap orang mempunyai
rasa siri’ (rasa malu) dan rasa
siri itu harus dihargai. Jika rasa siri tidak dihargai maka orang tersebut akan marah dan kalap bahkan
bisa membunuh orang lain.
Ada istilah “ujung
sensitif” yang dimiliki oleh orang luar menjadi pegangan dalam lingkup entik bugis tersebut seperti cappa
lilla (ujung lidah) isyarat verbal yang artinya semua orang harus disapa dengan
santun dan penuh penghargaan. Namun jika diremehkan maka orang tersebut akan
marah dan dapat membunuh orang. Cappa
kwali (ujung badik) benda tajam dipergunakan untuk membela diri. Di bugis
dilarang semena- mena dengan orang lain
karena siapa pun yang mendapatkan penganiayaan wajib membela diri hingga nyawa
taruhannya. Coppa laso (ujung kemaluan laki-laki) ini berarti perlindungan terhadap
perempuan dari kesewenangan
kaum laki – laki.
Nilai siri’ sebagai budaya yang melekat dalam kultur
mengalami proses transformasi yang berlangsung dengan sendirinya melalui
pewarisan secara ilmiah. Nilai siri’ dibentuk oleh lingkungannya tanpa ada
penyesuaian kognitif dan emosional secara wajar.
Penerapan
Pembelajaran Nilai Budaya Siri’
Pembelajaran nilai
budaya siri terdapat dala mata pelajaran muatan lokal (Mulok), Agama, PKN,
Bahasa Indonesia dan IPS. Nilai siri ini diintegrasikan dalam mata pelajaran
IPS yg diharapkan mampu memfasilitasi aspek-aspek kognitif dan behavioral
pebelajar.
Titik
Tolak Pembelajaran
Mengacu pada standar
kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-SP), maka nilai budaya siri diharapkan
:
1.
Mengenal kekurangan dan
kelebihan diri sendiri
2. Mematuhi
aturan sosial yg berlaku
3. Menghargai
keberagaman
4. Menggunakan
informasi secara logis, kritis dan kreatif
5. Menunjukkan
rasa ingin tahu yg mendalam
6. Menunjukkan
kemampuan memecahkan masalah
7. Peka
terhadap gejala alam dan sosial
8. Menunjukkan
kecintaan terhadap Tanah Air
9. Sopan
santun
10.
Dapat bekerja sama
Strategi
IPS tergolong dalam
mata pelajaran yg berkarakter “Cognitive Grouth” yakni mata pelajaran yg
membutuhkan penalaran, pembandingan dan pengalaman serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Strategi untuk pencapaian optimal :
1.
Memprioritaskan
“kepedulian kognitif” artinya melihat proses bagaimana cara mempelajarinya
2. Mempertimbangkan
tingkat kognitif
3. Guru
harus interaktif dan mampu mengorganisir struktur pemahaman belajar
4. Siswa
mampu menghubungkan informasi yg ada
5.
Guru harus dapat
menangkap respon yg diberikan oleh siswa
Langkah-langkah
Dalam proses
pembelajaran nilai siri dalam mata pelajaran IPS maka pembelajaran diberikan
muatan kultural yg menyangkut konten :
1. Orientasi :
menjelaskan tujuan yg hendak dicapai dengan mendeskripsikan pengertian,
manfaat, dll
2. Eksplorasi :
pencarian kemampuan dasar siswa dengan mengembangkan percakapan dan
tanya jawab
3. Pemaparan :
menceritakan kasus yg mengandung nilai budaya siri’
4. Penyelidikan :
memberikan kesempatan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan
kemampuan
5. Akomodasi :
membentuk pengetahuan baru melalui peyimpulan hasil belajar
6. Transformasi :
menerapkan pengetahuan yg telah dimiliki
Proses pembelajaran di
atas diperkuat melalui norma yg berlaku agar siswa memahami bahwa nilai
kebudayaan siri adalah warisan yg tidak dapat ditinggalkan atau dilupakan.
Mengembangkan
Materi
Materi pembelajaran
yang di kembangkan adalah materi yang sesuai dengan SKL-SP pembelajaran IPS di
SD ,yaitu :
1. Mengenai peletakan dasar
kecerdasan
2. Pengetahuan
3. Kepribadian
4. Akhlak mulia.
Keempat materi pembelajaran IPS di SD yang menjadi target (instructional effects)
dikembangkan menggunakan pendekatan majemuk dan kecerdasan emosional, yang
dapat diharapkan berdampak pada penajaman bidang intelegensi (analitik ,sintetik,
dan praktikal dari Stenberg)
Ke empat materi
pengembangan belajar dapat di arahkan untuk mencermati kasus kasus yang relevan
dalam kehidupan sehari hari.
Contoh : guru memfasilitasi agar
pembelajar dapat memahami isis cariterA dalam perspeltif yang beragam dengan
mengerahkan bidang intelegensi masing masing pembelajar.
Pengembangan materi : si A meninggal
dunia dalam perjalanan rumah sakit akibat kehabisan darah setelah di tikam oleh
si B .si B merupakan tetangga si A.si B menikam karena malu (masiri) oleh kata
kata si A yang menuduhnya …
Dalam hal ini guru dapat mengmbangkan
wacana tersebut untuk menstimulasi pebelajar agar dapat mengerahkan intelegensi
masing masing secara interpersonal dan
emosional ,dengan merujuk pada kemapuan berpikir analitik ,sintetik ,dan praktikal,melalui:
Proses pebelajar dapat menganalisis dan
mensintesiskan tindakan dan akibat si A dan si B
Dalam konteks nilai budaya siri’, selanjutnya
pelajar di tuntun oleh guru penggunakan intelegensi intrapersonal,
interpersonal, emosional sesuai pengalaman masing masing.
Mengembangkan
Strategi Pembelajaran
Rancangan pembelajatan
IPS di SD yang hendak di acarkan ini pada dasarnya dapat di kembangkan lebih
jauh .
Untuk mencapai hasil
tumpang sari itu di butuhkan strategi ,yaitu upaya khusus yang lasimnya di
gunakan sebagai acuan dalam menata kekuatan penutup kelemahan untuk mencapai
tujuan pembelajaran (joni,1993),sebagai sebuah teknik. Ada 3 catatan penting
yang menjadi pasangan komplementer dalam strategi pembelajaran multijalur, yaitu:
1.dinamika kelas
2.aktivasi pebelajar
3.dan pengayaan metode.
DINAMIKA KELAS
Guru sebagai fasilisator mengelola kelas
,strategi ini di perlukan dalam menciptakan suasana yang pas untuk memampukan
penelajar dalam mengeksplorasi kemampuan.
AKTIVASI PEBELAJAR
Melalui pendekatan cbsa (cara belajar
siswa aktif ).
a.memandang kegiatan belajar sebagai
pemberian makna konstruktivistik.
b.dengan di tuntun azas tut wuri
handayani,pengendalian kegiatan belajar harus meletakan dasar bagi pembentukkan
prakarsa dan tanggung jawab belajar para
pelajar kearah belajar panjang hayat (Joni, 1990). Guru menstimulasi siswa yang
aktif dan kreatif, yaitu menggunakan materi pembeljaran ‘’siri’’.
PENGAYAAN METODE
Guru di harapkan beranjak dari metode
lama yang monoton (ceramah)yang di nilai tidak produktif. Dalam pembejaran guru
dapat menggunakan metode–metode seperti :
a.ekspositori
b.demontrasi
c.refleksi
d.latihan.
e.curah pendapat.
f.gerak tubuh
g.tanya jawab
h.tanya jawab
i.diskusi
j.pengamatan.
h.eksperimen
Evaluasi
Evaluasi pembelajaran
yang di lakukan untuk mengukur mulai dari informasi sampai kemampuan belajar. Teknik
dan objek evaluasi sesuai dengan bidang yang di nilai secara garis besar adalah
:
a. evaluasi
proses menilai perhatian ,keseriusan ,dan kreatif
b. evaluasi
portfolio menilai laporan tertulis yang merekam garis besar materi
c. evaluasi
tertulis ,menilai kemampuan peeljar mengeksplorasi dan memperagakan pemahamannya.
Penutup
Kesimpulannya (1)
Nilai budaya “siri” pada komunitas
sulewesi selatan perlu ditinjau kemurnianya,sebab dalam aktualisasinya yang
muncul hanya muatan negatifnya saja sehingga terbentuk stereotype buruk, (2)
Diduga penyebabnya adalah jalur transformasi yang hanya mengandalkan
pembelajaran dilingkungan keluarga dengan wawasan yang sangat terbatas dan
tertutup, (3) Pembelajaran persekolahan
dapat dijadikan alternatif untuk pengayaan makna nilai siri’ dari jalur transformasi diagonal dan
horisontal,yaitu melalui pengintegrasian nilai siri’ kedalam mata pelajaran
non ekstrakta khususnya pada TK,SD,SLTP, (4) Mata pelajaran IPS dapat
dijadikan sebagai tumpangan pembelajaran nilai siri’.
DISUSUN OLEH :
1) AZIZAH
FATHIA (11510276)
2) DINA
CHAIRUNNISA (12510057)
3) EKA
SEPTIYANI (12510295)
4) ELLA
NOVITA (12510338)
5) NUNUNG
HAIRIYAH (19510667)