kali ini saya mendapatkan tugas untuk mengetahui seluk-beluknya kalimantan selatan, jadi selamat membaca dan semoga bermanfaat terimakasih :)
KALIMANTAN SELATAN
Kalimantan
Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya
adalah Banjarmasin.
Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota.
DPRD Kalimantan Selatan dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei
1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai hari jadi Provinsi Kalimantan Selatan.
Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950,
merupakan tanggal dibentuknya provinsi
Kalimantan, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat
(RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani. Penduduk Kalimantan Selatan berjumlah
3.626.616 jiwa (2010).
A.
Sejarah
Sejarah Kalimantan Selatan merupakan catatan
historis dari sebuah kawasan yang semula dihuni manusia prasejarah hingga
menjadi kawasan provinsial berpemerintahan, yakni provinsi Kalimantan Selatan.
Masa Sebelum
Abad ke-9
- 8000
SM, migrasi I, manusia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus.Kelompok ini
melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua
Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.
- 2500 SM,
migrasi II, yaitu bangsa Austronesia dari
pulau Formosa ke pulau Borneo dengan
membawa adat ngayauyang menjadi nenek
moyang suku Dayak.
- 400, peninggalan tertua yang
diketahui dari agama Hindu di Kalimantan berupa
yupa yang
ditemukan di daerah Kutai.
- 242
- 1362, berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan
suku Melayu.
Masa Kerajaan
Negara Daha
- 1025, migrasi suku Melayu dari
Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
- 1355, Empu
Jatmika mendirikan
pemukiman dan Candi Laras (Margasari) dengan pondasi
tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai
Amas dan menobatkan
dirinya sebagai raja Kerajaan
Negara Dipa sebagai
bawahan Raja Kuripan yang tidak memiliki keturunan. Kemudian Empu Jatmika
menaklukan penduduk asli batang Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Labuan
Amas, Amandit serta daerah perbukitan yang dihuni suku Bukit,
selanjutnya mendirikanCandi Agung (Amuntai) sebagai ibukota
yang baru, tetapi pelabuhan perdagangan tetap di Muara
Rampiau. Ia menjadi penguasa Candi Agung,
Candi Laras dan Kuripan.
- 1360, Lambung Mangkurat, Patih
Kerajaan
Negara Dipa berangkat
ke Majapahit untuk melamar Raden
Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
- 1362, Wilayah Barito, Tabalong danSawuku menjadi
daerah taklukan Kerajaan Majapahit.
Hancurnya Kerajaan Nan
Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan
karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit
berhasil menjadi raja Negara Dipa.
- 1362–1448, berdirinya Kerajaan
Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
- 1385–1421, masa pemerintahan
Pangeran Surya Gangga Wangsa.
- 1421–1436, masa pemerintah Raden
Carang Lalean.
- 1436–1448, masa pemerintahan Putri
Kalungsu.
- 1448-1526, masa Kerajaan
Negara Daha, Raden Sekar
Sungsang dengan
gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Rajapertama.
- 1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan
sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih
Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
- 1448–1486, masa pemerintahan Raden
Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
- 1486–1515, masa pemerintahan Raden
Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
- 1511, migrasi suku melayu akibat
runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
- 1515, Maharaja Sukarama wafat,
diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
- 1515-1519, masa pemerintahan Arya
Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung.
Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
- 1518-1521, Pati Unus, Sultan
Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan,
seperti Tanjungpura / Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang
Portugis di Malaka pada tahun 1521.
- 1519–1526, masa pemerintahan
Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).
Masa Kesultanan Banjar
Tahun
1520-1668
- 1520, penobatan Raden Samudera oleh
Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
- 6 September 1526, pertempuran
antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara
Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra
dibantu Kesultanan Demak.
- 24 September 1526, kemenangan
Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan
Kerajaan Nagara Daha, selanjutnya Pangeran Tumenggung menetap ke hulu pada Alai dengan 1000 penduduk.
- 1526-1545, masa pemerintahan
Pangeran Samudera.
- 24 September 1526
/ 6 Zulhijjah 932
H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah
Sultan Suryanullah / Sultan Suriansyah.
- 1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja
II) di Banjarmasin
- 1570-1620, masa pemerintahan Sultan
Hidayatullah (Raja
III) di Banjarmasin
- 1520-1620, masa pemerintahan Marhum
Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga1612.
- 1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari
Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
- 14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis
Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk
Michaelszoon tewas terbunuh.
- 1612, Belanda menembak hancur Istana Raja di Kuin,
sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke daerah Kayu Tangi,
kota baru ini diberi nama Martapura oleh
Sultan Mustainbillah.
- 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu
Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
- 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal
dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa
kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
- 29 November 1635, VOC Belanda
mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt
Gelenysen de Jonge.
- 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu
Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
- 1638, seorang Asisten Belanda
terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa
Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda
tewas.
- 1642 – 1660, masa pemerintahan
Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
- 1650 - Di Banjarmasin terdapat
perwakilan dagang VOC.
- 1660 – 1663, masa pemerintahan
Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja
VIII).
- 1660, diadakan perjanjian
perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara)
bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang.
- 1663 – 1679, masa pemerintahan
Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
- 1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek
Belanda).
- 1668, Portugis mendatangkan imam
Katolik bernama Ventimiglia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.
Tahun 1680-1858
- 1680–1700, masa pemerintahan Sultan
Amrulllah Bagus Kasuma (Suria Angsa) kembali, sedangkan adiknya menjadi
Sultan Negara (bekas Negara Daha) bergelar Suria Negara.
- 1714, Kapten Daniel
Beeckman mengunjungi
Banjar (Kuin).
- 1720-an Banjarmasin memiliki
pelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.
- 1700–1734, masa pemerintahan Sultan
Ilhamidullah (Sultan Kuning).
- 1733, panglima perang anak buah
dari La maddukelleng gagal merebut Banjarmasin.
- 1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I diMartapura.
- 1734, VOC-Belanda membuat
perjanjian monopoli lada dengan Sultan Banjar dan mendirikan benteng di
Banjarmasin.
- 1734, Puana Dekke meminjam tanah di
wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung
Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima)
kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
- 1750, Ketua Dewan Mahkota Pangeran
Suryanata (sepupu Sultan Sepuh) mangkat di Martapura, kemudian almarhum
digantikan oleh puteranya, Pangeran Prabukusuma sebagai ketua Dewan
Mahkota Kesultanan Banjar.
- 1759–1761, masa pemerintahan
Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah,
mangkat tahun 1761.
- Tahun 1747, Belanda menduduki
Banjarmasin.
- 1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam.
- 1762, Saudara Sultan Nata yang
bernama Pangeran Prabujaya dilantik sebagai mangkubumi oleh Dewan Mahkota
Kesultanan Banjar.
- 1767, Pangeran Sulaiman dilantik
sebagai Sultan (Muda) Sulaiman II.
- 1780, Ratu Intan I menjabat Raja
negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri
Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi
raja negeri Buntar Laut.[3]Kota Banjarmasin
di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar.
- 1782, Pangeran Adam dilantik
sebagai Sultan (Muda) Adam.
- 1785, Sepuluh pambakal di Amuntai dibebaskan dari pajak
hingga anak cucunya karena telah berjasa melawan laskar yang dipimpin
Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad, saudara tiri Sultan Nata. Keturunan dari
sepuluh datu ini disebut golongan anak cucu
orang sepuluh.
- 1786, Pangeran Amir (raja Kusan) tertangkap VOC
Belanda.
- 14 Mei 1787, Pangeran
Amir (kakek Pangeran Antasari)
diasingkan ke Srilangka.
- 13 Agustus 1787,
Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
- 1792, VOC menempatkan administrasi
sipil (onderkoopman) di Banjarmasin seperti sebelumnya.
- 24 April 1792, Sultan Sulaiman I mengirim
surat kepada Gubjen. Willem Arnold
Alting membicarakan harga
barang-barang yang ditukar antara kedua pihak, serta keluhan bahwa hak
Sultan atas separuh cukai tidak mau dibayar oleh Fetor setempat.
- 7 Oktober 1792, Sultan Sulaiman I mengirim
surat kepada Gubjen. Willem Arnold
Alting bahwa tugasnya
sudah dijalankan sesuai dengan perjanjian, yaitu setiap kepala yang
ditunjuk akan membuka kebun lada. Tiap kebun itu dikerjakan oleh 50 orang.
Kalau tidak mengerjakan pekerjaan itu, mereka akan dihukum dengan hukuman
berat. Juga dinyatakan bahwa mereka sudah menerima kiriman 10 tong obat
bedil dan Raja Banjar juga minta dikirimi kertas air emas 12 lembar.
- 20 November 1794, Sultan Sulaiman I mengirim
surat kepada Gubjen. Willem Arnold
Alting tentang
penyerangan yang diderita dari orang Pasir dan Kutai. Banyak rakyat
dibunuh, yang lain dipaksa mendirikan benteng. Sultan menanti perintah
dari Kompeni. Harapannya agar Gur. Jen. menulis surat kepada Sultan Pasir
untuk mengajak damai. Kalau ditolak, rencananya Pasir akan diserang dari
laut oleh Belanda dan dari darat oleh Banjar. Juga diberitahukan tentang
kebun lada yang sedang dikerjakan.
- 17 Mei 1796, Sultan Sulaiman I mengirim
surat kepada Gubjen.Willem Arnold
Alting tentang
pemberitahuan bahwa Sultan sudah menerima bingkisan, yang isinya didaftarkan
satu per satu.
- 1797, Pangeran Antasari dilahirkan.
- 1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman
Saidullah II.
- 19 Mei 1809, Gubjen. Hindia Belanda Herman Willem
Daendelsmemerintahkan meninggalkan
Banjarmasin karena dianggap tidak menguntungkan.
- 1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang
Anggang, Kuraudan
Pulau Lamai di bawah Alexander Hare yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812. Kelak dinamakan Distrik Maluka.
- 7 Oktober 1823, Pangeran
Mangkoe Boemi Nata mengirim
surat kepada Gubjen. G.A.G.Ph.
van der Capellen menyatakan
bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan
telah bersumpah sesuai dengan perjanjian antara Kompeni dan negeri Banjar.
- 1823, Pemerintah pusat Hindia
Belanda melantik Pangeran Husin dengan gelar Pangeran
Mangkoe Boemi Nata sebagai
mangkubumi menggantikan Ratoe Anom Ismail.
- 1825–1857, masa pemerintahan Sultan
Adam al-Watsiqu billah.
- 1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu
Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
- 1826, Sultan Adam membuat kontrak
perjanjian dengan Hindia Belanda.
- 1832, Pangeran Haji Musa menjabat
raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
- 1835, 15 Muharam 1251
H, pemberlakuan Undang-Undang
Sultan Adam (UUSA
1835).
- 1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di
selatan Kalimantan.
- 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti
Ali) menjabat raja Sampanahan sebagai kerajaan mandiri setelah mangkatnya
atasannya Raja Aji Jawi.
- 1842, Pemerintah pusat Hindia
Belanda melantik Pangeran Noch dengan gelar Ratoe
Anom Mangkoeboemi Kentjanasebagai mangkubumi
Kesultanan Banjar.
- 1846, Daerah koloni Belanda di pulau
Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.
- 1849, Berdasarkan Staatsblad van
Nederlandisch Indië tahun 1849 dibentuk wester-afdeeling van Borneo dan
zuid-ooster-afdeeling van Borneo.
- 1851, Ratoe
Anom Mangkoeboemi Kentjana mangkat
digantikan Pangeran Tamjidullah II sebagai mangkubumi (kepala
pemerintahan).
- 1852, Sultan Muda
Abdul Rahman mangkat
karena diracun diduga atas perintah Pangeran
Prabu Anom.
- 1852, Surat Sultan Adam kepada Gusti
Andarun tentang
pemberian tanah
badatu (tanah lungguh)
dan penunjukkannya sebagai pengganti almarhum Sultan Muda Abdul Rahman.
- 8 Agustus 1852, pemerintah kolonial
Hindia Belanda (dengan sengaja secara salah) melantik Pangeran Tamjidillah
II sebagaiSultan Muda Kesultanan Banjar, dan sekaligus
tetap menjabatMangkubumi.
Pelantikan ini ditolak Sultan Adam yang mencalonkan Pangeran Hidayatullah
II sebagai Sultan Mudadan Pangeran Prabu
Anom sebagai mangkubumi.
- 1855, Secara diam-diam Sultan Adam
melantik Pangeran
Prabu Anom sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dan memecat
Pangeran Tamjidillah II sebagai mangkubumi.
- 1855, Pemekaran dan pembentukan
beberapa afdeeling baru.
- 30 April 1856, Belanda menerima
konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
- 9 Oktober 1856, Pemerintah kolonial
Hindia Belanda melantik Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi,
sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
- 1 November 1857, Sultan Adam wafat.
- 3 November 1857 – 25 Juni 1859,
masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai
raja Banjar.
- 3 November 1857, pertemuan rencana
perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah,
Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
- 23 Februari 1858, Pangeran Prabu
Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
- September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak
kepada Belanda.
Masa Perang
Banjar
Tahun
1859
- 2 Februari 1859, kedatangan bantuan
tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan
lagi ke Batavia.
- Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan
anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
- 18 April 1859,
pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari
dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk
dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, Haji Buyasin dan Kiai Langlang.
Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan di sepanjang Sungai Barito,
dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung
Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta
serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
- 29 April 1859, tambang batu bara
Oranye Nassau diserbu.
- 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang
tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan
Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
- Juni 1859, pertempuran di Sungai
Basarah dipimpin Pambakal Sulil.
- 8 Juni 1859, Belanda mengumumkan
keadaan darurat perang.
- 12 Juni 1859, bantuan tentara
Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
- 14 Juni 1859, pertemuan Pangeran
Hidayat dengan Augustus
Johannes Andresen, namun buntu.
- 15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda
di Martapura.
- 17 Juni 1859, pertempuran di Sungai
Raya.
- 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah
II dimakhzulkan oleh
Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
- 30 Juni 1859, serangan ke Martapura
dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
- Juli 1859, tenggelamnya Kapal
Cipanas di Pulau Kanamit.
- 16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II
dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
- Agustus 1859, serangan ke
Banjarmasin dipimpin Kiai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio,
dipimpin Demang Lehman dan Haji Buyasin.
- September 1859, pertemuan Pangeran
Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi
Raja.
- 27 September 1859, pertempuran di
Gunung Lawak, dipimpinDemang Lehman, Aminullah,
Antaludin dan Ali Akbar.
- 28 September 1859, bantuan tentara
Belanda dari Surabaya.
- 13 November 1859, Gustave Verspijck,
mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
- 14 November 1859, gugurnya Pambakal
Sulil di Sungai Basarah.
- 23 Desember 1859, pertempuran di
Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
- 26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di
Lontontour.
- Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman,
Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu
Tayur.
Tahun 1860
- 2 Januari 1860, serangan terhadap
Kapal van Os di Pulau Petak
- 9 Februari 1860, serangan terhadap
Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran
Masjid Amuntai.
- 22 Februari 1860, serangan terhadap
Kapal Montrado di Lontontour.
- 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng
Amawang, dipimpin Demang Lehman.
- 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku,Kasarangan, Pantai
Hambawang, Barabai dan Aluan.
- 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung,
dipimpin Tumenggung Jalil.
- 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar
dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang
ditandatangani Residen Surakarta Frederik
Nicolaas Nieuwenhuijzen yang
merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Borneo Selatan-Timur.
- 9 Agustus 1860, serangan terhadap
Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
- 17 Agustus 1860,
Pangeran Antasari mendirikan Benteng
Tabalong.
- 27 Agustus 1860, serangan di
Martapura dipimpin Pangeran Muda.
- September 1860, pertempuran di
Rumpanang danTambarangan,
dipimpin Singa Jaya.
- 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan
Tumenggung Antaludin.
- 4 September 1860, pertempuran
Benteng Madang kedua.
- 13 September 1860, pertempuran
Benteng Madang ketiga.
- 15 September 1860, pertempuran di
Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
- 18 September 1860, pertempuran
Benteng Madang keempat.
- 22 September 1860, pertempuran
Benteng Madang kelima.
- 13 Oktober 1860, pertempuran
Benteng Batu
Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
- 17 Oktober 1860, pertempuran di
Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
- 25 Oktober 1860, pertempuran di
Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
- 27 Oktober 1860, pertempuran di
Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
- November 1860, pertempuran di
masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
- 1 November 1860, Belanda mendinamit
bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
- 10 Desember 1860, Sultan
Hidayatullah II membuat surat yang berisi pelantikan Gamar dengan gelar
Tumenggung Cakra Yuda dan 3 orang lainnya untuk melancarkan Perang Jihad
melawan Belanda.
Tahun 1861
- 24 Februari 1861, pertempuran di
Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
- 3 Maret 1861, pertempuran diRantau, dipimpin Jaya
Warna.
- 19 Maret 1861, pertempuran di Karang
Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
- 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang,
2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman,
tewasnya Von Ende.
- 23 April 1861, serangan di Bincau.
- April 1861, penangkapan dan hukuman
mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut
dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati,
Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
- 4 Mei 1861,
pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
- 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung
Wowong, Karau, Dayudan Sihong.
- 16 Mei 1861, serangan di Paringin,
dipimpin H. Dulgani.
- 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
- 27 Mei 1861, pertempuran di
Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
- Mei 1861, pertempuran di Martapura,
Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan
daerahBarito.
- 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang
Bangkaldan Batu Mahalon.
- 18 Juni 1861, serangan awal di
Martapura.
- 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin
Pangeran Hidayatullah.
- 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala
Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
- 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail
dan Tumenggung Buko.
- 3 Juli 1861, serangan di benteng
Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
- 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran
di Buntok.
- Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau,
dipimpin Tumenggung Antaludin dan
Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
- 1 Agustus 1861, pertempuran di
benteng Limpasu,
tewasnya Letnan Hoyyel.
- 10 Agustus 1861, pertempuran di
benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
- 2 September 1861, pertempuran di
benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
- 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
- 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
- 6 oktober 1861, Demang Lehman ke
Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat
mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
- 8 Oktober 1861, pertempuran di
Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
- 18 Oktober 1861, pertempuran di
Banua Lawas dipimpin H. Badur.
- Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas
dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
- 6 November 1861, pertempuran di
Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
- 8 November 1861, pertempuran di
Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti
Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
- 9 November 1861, serangan di Teluk
Selasih, tewasnya Regent
Amuntai.
- 25 Nopember 1861, pertemuan
Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran
Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
- November 1861, pertempuran di
Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta
Nagara.
- 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir
Koch.
- 15 Desember 1861, pertempuran di Banua
Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
- 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasaridan
Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.
Tahun 1862-1905
- 28 Januari 1862, Pangeran
Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen
Martapura.
- 30-31 Januari 1862, perundingan
antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo
rumah Asisten Resident,
Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
- 3 Februari 1862, Pangeran
Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
- 4 Februari 1862, Pangeran
Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Gunung Pamaton serta Masjid Pasayangan yang
berumur 140 tahun dibakar Belanda.
- 22 Februari 1862, tertangkapnya
Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
- 28 februari 1862, Pangeran
Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
- 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah
dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
- 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasaridinobatkan
sebagai Panembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan
panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
- 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran
Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
- 1862 – 1905, masa pemerintahan
Sultan Muhammad Seman.
- 19 Oktober 1863, tertangkapnya
Sultan Kuning.
- 1864, serangan Tumenggung Surapati
di Muara Teweh dan
Montalat.
- 27 Februari 1864, Demang Lehman
dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang
pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
- 1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro
gugur di Gunung Kayu, Balangan.
- 26 Januari 1866, Haji
Buyasin gugur.
- 1867, serangan Tagap Kurdi di
Amuntai.
- 1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
- 1875, wafatnya Tumenggung
Surapati karena
sakit.
- 1883, serangan Sultan
Muhammad Seman di
Tanjung, Amuntai dan Balangan.
- 1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
- 1885, tertangkapnya Pangeran
Perbatasari di Pahu, Kutai,
kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa
Tondano, Minahasa.
- 1886, serangan Tumenggung Gamar di
Tanah Bumbu.
- 1898, perubahan susunan pembagian
administratif di Kalimantan menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.
- 1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
- 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
- 1903, Banjarmasin dan Amuntai sudah
mendapatkan jalur telegraf.
- 1904, wafatnya Pangeran
Hidayatullah di Cianjur serta
dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
- 24 Januari 1905, Sultan
Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur
melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
- 24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.
- 1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor,
berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).
Masa Perang
Kemerdekaan
Tahun
1913-1944
- 1913, Belanda tetap menempatkan
kekuatan militernya di Banjarmasin.
- 1915, Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di
Martapura.
- 1919, Banjarmasin mendapat
otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
- 1920. Kandangan dan Banjarmasin
berpenduduk lebih dari 10.000 jiwa.
- 1923, National Borneo Congres ke-1.
- 29-31 Maret 1924, National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil
Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
- 1927, pemberontakan di Tabalong,
dipimpin Darmawi untuk menolak kerja paksa.
- 5 Maret 1930,
keluarnya ketetapan nomor 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio.
- 1937, kembalinya Ratu Zaleha dari
pembuangan ke Martapura serta pemberontakan Hariang,
sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
- 1937, Dewan rakyat terdapat di
Banjarmasin dan Barabai.
- 1938 – 1942, masa Gubernur Borneo
dr. A. Haga.
- 1938: Hindia Belanda mendirikan
tiga provinsi ataseilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan,
Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.
- 25 Desember 1941,
Jepang membom Lapangan
Terbang Ulin
- 21 Januari 1942,
Jepang menembak jatuh pesawat Catalina milik Belanda di sungai Barito perairan Alalak,
Barito Kuala.
- 8 Februari 1942,
Jepang memasuki Muara Uya,
Tabalong,Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu.
- 10 Februari 1942,
tentara Jepang memasuki
Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan
kota sudah vacuum.
- Februari 1942,
dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan
Pemerintahan Civil (PPC), diketuai Mr. Rusbandi,
sebagai pemerintahan sementara.
- 12 Februari 1942,
tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Banjarmasin dan daerahnya
diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil).
- 5 Maret 1942,
A.A. Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya.
- 17 Maret 1942, Gubernur A. Haga
menyerah dengan Jepang di Puruk Cahu, kemudian ditahan di Benteng Tatas.
- 18 Maret 1942, Kiai Pangeran
Musa Ardi Kesuma ditunjuk
Jepang sebagai Ridzie,
penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil, meliputi wilayah
Banjarmasin, Hulu Sungaidan Kapuas-Barito (Dayak Besar).
Tahun 1945
- 17 April 1945,
rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan
badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan
sebagainya.
- 6 Mei 1945,
pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN adalah singkatan dari Mohamad
Noor).
- 23 Agustus 1945,
berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan
Republik Indonesia) di Kandangan.
- Agustus 1945,
berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di
Kandangan.
- 2 September 1945,
pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk
Ir. H. Pangeran
Muhammad Noor sebagai
gubernur Kalimantan berkedudukan di
Jakarta / Yogyakarta.
- 23 September 1945, berdirinya organisasi
kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio.
- November 1945,
berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan.
- 9 November 1945, pertempuran di
Banjarmasin melawan Sekutu.
- 20 November 1945,
berdirinya organisasi kelaskaran Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia
Merdeka di Amuntai, Hulu Sungai
Utara.
- 1945, berdirinya organisasi
kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Barisan Pelopor
Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Rantau, serta Laskar
Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
- 30 Oktober 1945, penyusupan Hasan
Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
- 5 - 7 Desember 1945, Pertempuran Marabahan.
Tahun 1946-1949
- 24 September 1946, penangkapan
laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
- 18 November 1946, pembentukan
Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan
melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
- Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai,
dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang
pejuang gugur, yaitu Made Kawis.
- 14 Januari 1948, terbentuknya
satuan kenegaraan Daerah Banjar.
- 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan
Banjar.
- 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran
di Wawai, 16 orang pejuang
gugur.
- Agustus 1948, pertempuran di
Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
- 21 Desember 1948,
pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
- 2 Januari 1949,
pertempuran di Negara di Hulu Sungai
Selatan, (Palagan Nagara).
- 7 Januari 1949, pembentukan Panitia
Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
- 6 Februari,
pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
- 14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, 2 orang pejuang
gugur.
- 15 April 1949,
Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
- 15 Mei 1949, perumusan teks
proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H.
Aberanie Sulaiman.
- 16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi
Kalimantan di
Ni'ih oleh Hasan Basry.
- 17 Mei 1949,
Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh
Letkol. Hasan Basry (Pahlawan
Nasional).
- 3 Juni 1949,
Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung diTabalong.
- 8 Agustus 1949,
Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
- 2 September 1949, perundingan
antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili
Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya,
Kandangan.
- 2 September 1949, pengakuan
Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai
bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan
Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
- 1 November 1949, peleburan TNI AL
RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan
panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.
Masa
Pembangunan
Tahun
1950-1965
- 4 April 1950, penghapusan daerah
Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia
Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
- 01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
- 29 Juni 1950, Kepmendagri No.
C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan
3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling
Van Hoeloe Soengai dibentuk
menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
- 14 Agustus 1950, pembentukan provinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
- 14 Agustus 1950 – 1953, masa
Gubernur dr. Moerdjani.
- 2 Desember 1950, pembentukan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
- 2 Mei 1952,
berdirinya Kabupaten Amuntai.
- 1953–1955, masa Gubernur Mas
Subardjo.
- 14 Januari 1953,
perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadiKabupaten
Hulu Sungai Utara.
- 2-3 September 1953, musyawarah
tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
- 24 September 1953,
wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan
Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
- 11 Januari 1954, turun gunungnya
Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
- 4 April 1954, pembentukan Panitia
Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani,
ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
- 1955–1957, masa Gubernur Raden
Tumenggung Arya Milono.
- 7 Desember 1956,
terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjardan Federasi
Kalimantan Tenggara.
- 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
- 23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar
membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
- 1958, musyawarah masyarakat Tapin
di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin,
yang diketuai H Isbat
- 15 Maret 1958, pembentukan Panitia
Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
- 11 November 1958, pengangkatan
kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di
Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
- 1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
- 24 Desember 1959, pembentukan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
- 4 Januari 1960, pembentukan
Kabupaten Barito Kuala.
- 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan
PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan,
Brigjen Hasan Basry.
- 3 Juni 1961, pembentukan Panitia
Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
- 1-2 Juli 1961, musyawarah besar
Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat
Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
- 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
- 1963–1968, masa Gubernur Aberani
Sulaiman.
- 30 November 1965, pembentukan
Kabupaten Tapin.
- 1 Desember 1965, pembentukan
Kabupaten Tabalong.
- 2 Desember 1965, pembentukan
Kabupaten Tanah Laut.
Tahun 1968-Sekarang
- 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
- 23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
- 1970–1980, masa gubernur Subarjo
Sosroroyo.
- 10 November 1974 - Oktober 1979,
pembangunan Masjid
Raya Sabilal Muhtadin.
- 15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran Mohamad Noor, Gubernur
Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
- 1980–1984, masa Gubernur Mistar
Cokrokusumo.
- 1984–1995, masa Gubernur Ir. H. Muhammad Said.
- 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen
Hasan Basry, dimakamkan di Simpang Tiga Liang
Anggang, Banjarbaru.
- 10 November 1991,
peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur
Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
- 23 April 1997, peresmian Jembatan Barito oleh PresidenSoeharto.
- 23 Mei 1997,
peristiwa Jum'at
Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang
berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
- 1995–2000, masa Gubernur Gusti
Hasan Aman.
- 2000–2005, masa Gubernur Sjahriel
Darham.
- 20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
- 3 November 2001, pemberian gelar
Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
- 15 Desember 2004, banjir besar di
Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
- 8 April 2006, pembentukan Kabupaten
Balangan dan Tanah Bumbu.
- 21 Desember 2006, peresmian Taman
Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
- 2005-2010, masa Gubernur Rudy
Ariffin - H.M. Rosehan NB.
- 25 April 2008, peresmian Jembatan
Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
- Oktober 2008, dimulainya
pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju
Bandara Internasional.
- 11 Februari 2009, pemancangan tiang
pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
- 26 Februari 2009, dimulainya
pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
- 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai
Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
- 2010-2015, masa Gubernur Rudy
Ariffin - Rudy Resnawan.
- 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda
Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
- 24 Juli 2010, pemberian gelar
Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi
Adat Banjar.
- 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt.
Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dengan gelar Pangeran
Khairul Saleh.
- 14 Agustus 2011, peresmian
Sekretariat Daerah Propinsi Kalimantan Selatan yang baru di kecamatan Cempaka(Banjarbaru) yang berdiri
pada perbukitan dengan ketinggian elevasi 44 meter di atas permukaan laut
serta berjarak sekitar 60 km dari tapak kantor lama yang bersejarah sejak
masa kolonial berlokasi di titik 0 km Banjarmasin di tepi sungai Martapura.
- 10 November 2011, pemberian gelar
Pahlawan Nasional bagi KH. DR. Idham Chalid oleh Presiden.
B.
Arti
Lambang
Lambang Daerah Propinsi Kalimantan
Selatan berbentuk "PERISAI" dengan warna merah dan hijau, bergaris
sisi dengan warna kuning.
Perisai
adalah alat penangkis dan bertahan yang melambangkan kewaspadaan dan
kesanggupan mempertahankan diri;
Warna
Merah, melambangkan keberanian dan kepahlawanan yang gagah perkasa, berjiwa
hidup dan dinamis guna menegakkan kebenaran perjuangan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam menuju "Masyarakat Adil dan Makmur yang
Diridhai Allah";
Warna
Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan bagi Daerah Tingkat I Kalimantan
Selatan dihari yang akan datang;
Warna
Kuning, pada sisi perisai, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan mempunyai
Keperibadian dan kerohanian yang luhur dengan penuh Keyakinan dan kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Intan
Berwarna Putih Berkilap Memancar
Intan,
melambangkan penghasilan Daerah Kalimantan Selatan yang sudah terkenal karena
mempunyai mutu dan nilai yang sangat tinggi, yang merupakan sumber mata
pencaharian penduduk Daerah Kalimantan Selatan.
Warna
Putih Berkilap Memancar, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan kalau
dipimpin dengan sungguh-sungguh akan sanggup mencapai kecerdasan dan kemajuan
serta sanggup pula melaksanakan segala pembangunan menuju kepada kemuliaan dan
keagungan Bangsa Indonesia.
Bintang
Berwarna Kuning Emas
Melambangkan
ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan perlambang keyakinan bahwa Tuhan mengetahui
segala-galanya tanpa ada yang tersembunyi bagi-Nya;
Rumah
Banjar Berwarna Hitam
Rumah,
berbentuk bangunan spesifik Kalimantan Selatan asli, melambangkan suatu unsur
kebudayaan yang dapat dibanggakan.
Warna
Hitam, melambangkan bahwa penduduk Kalimantan Selatan mempunyai kebulatan tekad
dan keunggulan menuju kearah pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta
Berencana.
Buah
Padi dan Batang Karet
Melambangkan
bagian terbesar dari penghasilan dan sumber kehidupan bagi penduduk Kalimantan
Selatan.
Buah
padi sebanyak 17 [tujuh belas] buah, intan dengan 8 [delapan] pancaran dan
Batang Karet sebanyak 1 [satu] pohon dengan bergaris 9 [sembilan] yang tersusun
4 [empat] di sebelah kiri dan 5 [lima] di sebelah kanan adalah merupakan
susunan angka 17-8-1945, angka ini melambangkan bahwa penduduk Kalimantan
Selatan tetap setia dan tetap Teguh mendukung Proklamasi 17-8-1945.
Pita
Warna Putih
Melambangkan
bahwa penduduk Kalimantan Selatan sanggup mengikat apa yang dirasakan kesucian
dan keikhlasan hati untuk berbuat secara jujur dan bertanggung jawab dengan
disertai semanggat kerja sama dan gotong royong.
Tulisan
berupa semboyan "WAJA SAMPAI KAPUTING", melambangkan bahwa
penduduk Kalimantan Selatan telah tekun dalam bekerja melaksanakan segala
sesuatunya dengan penuh rasa kesanggupan dan konsekwen tanpa berhenti ditengah
jalan.
C.
Sistem Religi
Mayoritas
penduduk Kalimantan Selatan beragama Islam. Suku Banjar yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan
Selatan menganut Agama Islam, demikian pula Suku Dayak Bakumpai di daerah aliran Sungai
Barito.
Pengakuan bahwa religi sebagai
suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari
bagian-bagian yang behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya
merupakan satu sistem yang tersendiri. Misalnya saja tentang sistem
kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh kepercayaan atau keyakinan yang
dianut oleh seseorang atau kesatuan sosial.
Kesatuan sosial disini dapat
berwujud suatu masyarakat dalam arti luas, tetapi dapat pula berwujud sebagai
satu kelompok kekerabatan yang relatif kecil, dan dapat pula berwujud suatu
masyarakat daerah lingkungan tertentu. Pengkategorian atas berbagai sistem
kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas
kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.
Bentuk-bentuk kepercayaan dan praktik-praktik
keagamaan yang bagaimana yang dianut oleh nenek moyang orang Banjar ketika
mereka mula-mula menetap di sini, sulit mencari keterangan dan bukti yang
akurat untuk menceritakan asal-usul agama dalam suku Banjar, hanya barangkali
aspek religius dari kehidupan masyarakat Bukit yang mendiami pegunungan Meratus
adalah merupakan sisa-sisa yang masih tertinggal (survivals) dari kepercayaan
mereka.
Hal itu tentu saja mengingatkan
kita pada pengaruh dari agama Hindu dan Islam. Demikian kita bisa memperkirakan
bahwa religi mereka berdasarkan pemujaan nenek moyang dan makhluk gaib di
sekitar mereka (animisme). Mungkin bentuk-bentuk pemujaan nenek moyang dan
aspek-aspek animisme dari kehidupan keagamaan masyarakat Banjar, yang
kadang-kadang masih muncul, adalah sisa-sisa dari kepercayaan mereka dahulu
Jika pembicaraan kita tarik pada
gambaran besar sistem religi yang dianut oleh raja-raja sultan-sultan Banjar,
Hikayat Banjar dapat dijadikan landasan. Sejak pangeran Samudera dinobatkan
sebagai sultan Suriansyah di Banjarmasin, kira-kira 400 tahun yang lalu, Islam
telah menjadi agama resmi kerajaan menggantikan agama Hindu. Perubahan agama
istana Hindu menjadi Islam telah dipandang oleh rakyat awam sebagai hal yang
sewajarnya saja, dan tidak perlu mengubah loyalitas mereka. Terlebih sejak masa
Suriansyah proses Islamisasi telah berjalan cepat, sehingga dalam waktu yang
relatif tidak terlalu lama, yaitu sekitar pertengahan abad-18 atau bahkan
sebelumnya, Islam sudah menjadi identitas orang Banjar.
Kepercayaan yang berasal dari
ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius yang dianut masyarakat
Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam bukanlah
satu-satunya sistem upacara yang dilakukan. Keseluruhan kepercayaan yang dianut
orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga
kategori. Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam. Isi
kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam. Kedua, kepercayaan yang
berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa
sultan-sultan dan sebelumnya. Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam
lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal
dalam lingkungan, bubuhan pula. Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan
keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh
tahunan. Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari
masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan
pula dengan kategori kedua.kepercayaan. Untuk kategori pertama mungkin lebih
baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan
kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
Referensi utama sehubungan dengan
kepercayaan Islam biasanya diperoleh dari ulama-ulama, kepercayaan bubuhan
diperoleh dari tokoh bubuhan dan kepercayaan yang berhubungan dengan tafsiran
penduduk terhadap lingkungan alam sekitar (kepercayaan lingkungan) baik itu
diperoleh dari tabib-tabib, sebutan dukun dalam masyarakat Banjar, atau
orang-orang tua tertentu, terutama yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan
Demikianlah sedikit pengenalan yang dapat kita telaah dari pandangan sistem
religi yang dimiliki oleh masyarakat Banjar.
D. Sistem
Kekerabatan Suku Banjar, Kalimantan Selatan
Sistem
kekerabatan suku Banjar pada umumnya adalah sama, untuk daerah seluruh
Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendasarkan kekerabatan mereka menurut garis
dari keturunan ayah dan garis keturunan ibu atau bilateral. Tetapi di akui
bahwa dalam hal-hal tertentu terutama yang menyangkut masalah kematian,
perkawinan yang menjadi wali asbah adalah garis dari pihak ayah. Dalam hal
masalah keluarga besar dan pengertian keluarga besar, maka berlaku garis
keturunan ayah dan garis keturunan ibu, keduanya diberlakukan sama.
Masyarakat suku
Banjar mengenal istilah Bubuhan, yang dimaksud dengan
istilah bubuhandalam masyarakat Banjar adalah kelompok kekerabatan yang
merupakan kumpulan dari keluarga batih yang merupakan satu kesatuan. Bentuk
dari kelompok bubuhan ini paling sedikit mempunyai lima unsur atau ciri sebagai
berikut :
1. Mempunyai
suatu sistem norma yang mengatur kelakuan warga kelompok.
2. Mempunyai
rasa kepribadian kelompok yang didasari rasa kesadaran oleh semua warganya.
3. Aktivitas
berkumpul warga kelompok bubuhan pada waktu-waktu tertentu.
4. Adanya
suatu sistem hak dan interaksi serta kewajiban dari warga bubuhan.
5. Adanya
satu orang yang ditokohkan dalam kelompok bubuhan ini.
Bubuhan ini yang
menurut pengertian Sosiologi adalah keluarga besar, yaitu yang terdiri dari dua
keluarga batih atau lebih yang masih mempunyai hubungan keturunan satu sama
lain, baik menurut garis keturunan ayah atau ibu. Keluarga bubuhan, yang
disebut keluarga besar, tetapi disebut pula keluarga luas. Dari perkawinan
terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut keluarga inti atau
keluarga batih. Satu keluarga batih terdiri dari satu suami dan satu istri
(atau lebih). Selama satu tahun tersebut, keluarga batih baru ini diberi
kesempatan untuk mengerjakan sawah atau ladang sendiri dan orang tua istri,
mereka selalu membantu kehidupan keluarga baru ini. Tetapi kalau keluarga baru
ini belum mempunyai kemampuan hidup berpisah dari rumah keluarga istrinya,
kecendrungan menetap dalam keluarga istri ini disebut matrilokal atau
uksorilokal. Kalau ikut di keluarga pihak suami disebut patrilokal. Kalau
mereka telah mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri dan berpisah dari orang
tua (dari istri atau suami) disebut neolokal.
Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar
mengenal istilah-istilah tertentu sebagai panggilan dalam keluarga.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah
atau ibu, saudara tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu,
saudara berikutnya disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu
disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman)
dan Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu.
Untuk memanggil saudara dari kai dan nini sama
saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada
pula sebutan lainnya, yaitu:
§ minantu (suami / isteri dari anak
ULUN)
§ pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
§ mintuha (ayah / ibu dari suami /
isteri ULUN)
§ mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
§ sabungkut (orang yang satu Datu dengan
ULUN)
§ mamarina (sebutan umum untuk saudara
ayah/ibu dari ULUN)
§ kamanakan (anaknya kakak / adik dari
ULUN)
§ sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
§ maruai (isteri sama isteri
bersaudara)
§ ipar (saudara dari isteri / suami
dari ULUN)
§ panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
§ pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
§ badangsanak (saudara kandung)
Untuk
memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga
menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan
untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian,
dan kata ulun untuk menunjuk diri sendiri.
E.
Kebudayaan
Suku Banjar, Kalimantan Selatan
Rumah
Banjar
Rumah Banjar adalah
rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain
mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan
simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan
gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai
tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis
rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggimerupakan jenis rumah
Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.
Pakaian
Adat
Pakaian
Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis, yaitu:
·
Pengantin
Bagajah Gamuling Baular Lulut
·
Pengantin
Baamar Galung Pancar Matahari
·
Pengantin
Babaju Kun Galung Pacinan
·
Pangantin
Babaju Kubaya Panjang
(Baju Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut dan Baamar
Galung Pancar Matahari)
Tradisi
lisan
Tradisi lisan oleh Suku Banjar sangat
dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina.
Tradisi lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang
sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab,
yakni madah (ﻤﺪﺡ) yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi rakyat
anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar
dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang
berlaku secara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel.
Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi
berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan
budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan
mulanya menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa
ke Tanah Banjar oleh
pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.
Teater
Satu-satunya seni teater tradisional
yang berkembang di pulau Kalimantan adalah Mamanda. Mamanda adalah seni teater atau
pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari
segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini
membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang
disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih
mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab
pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti
Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama,
Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap
Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah
dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin,
Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan
karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi
dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang
Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina)
yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang
berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan”
kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Musik
Salah satu kesenian berupa musik
tradisional khas Suku Banjar adalah Musik Panting. Musik ini disebut
Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis
gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya
musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan
alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya
lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan
atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting
akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka
musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun,
gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik
panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting
yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga
musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama
sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting
terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
(Musik Panting)
Selain itu, ada sebuah kesenian musik
tradisional Suku Banjar, yakni Musik Kentung. Musik ini berasal
dari daerah Kabupaten Banjaryaitu
di desa Sungai Alat,
Astambul dan kampung Bincau, Martapura.
Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat
musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya,
tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu
alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan
bertanding.
Tarian
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua,
yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari
yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama
"Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan
kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun
yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang
dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.
Senjata
Tradisional
Berdasarkan hasil wawancara langsung
dengan orang yang pernah memakainya, senjata tradisional suku banjar yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Serapang
Serapang
adalah tombak bermata lima mata dimana empat mata mekar seperti cakar elang
dengan bait pengait di tiap ujungnya. Satu mata lagi berada di tengah tanpa
bait, yang disebut “besi lapar” yang di percaya dapat merobohkan orang yang
memiliki ilmu kebal sekuat apappun.
2. Tiruk
Tiruk
adalah tombak panjang lurus tanpa bait digunakan untuk berburu ikan haruan
(ikan gabus) dan toman di sungai.
(Serapang & Tiruk)
3. Pangambangan
Pangambangan
adalah tombak lurus bermata satu dengan bait di kedua sisinya.
4. Duha
Duha
adalah pisau bermata dua yang sering digunakan untuk berburu babi.